BAB X
ALIRAN MU’TAZILAH
Tempat Tinggal Allah SWT
Para pengikut aliran Mu’tazilah berbeza anggapan tentang hal ini, sebahagian beranggapan bahwa, Allah SWT itu berada di setiap tempat, yang berarti Dia mengatur sesuatu di setiap tempat, sehingga aturan-Nya pun berada di setiap tempat, dan anggapan ini dikemukakan sebahagian besar pengikut aliran Mu’tazilah yang dipelopori Abu al-Hudzail, al-Ja’farah, al-Iskafi dan Muhammad ibn Abdul Wahab al-Juba’i. Sementara sebahagian lainnya beranggapan bahwa, Allah SWT itu tidak berada di setiap tempat, tetapi hanya bertempat dalam diri-Nya sendiri, dan anggapan ini dikemukakan Hisyam al-Fuwathi, Abu Zufar, Abbad ibn Sulaiman dan para pengikut aliran Mu’tazilah lainnya.
Adapun tentang firman Allah SWT : “Allah yang Maha Pemurah itu istawa’ atas ‘Arsy
(QS. Thaha : 5 )
Para pengikut aliran Mu’tazilah menafsirkan kata “Istawa” ini dengan “Istaula” yang artinya berkuasa.
ALIRAN MU’TAZILAH
Tempat Tinggal Allah SWT
Para pengikut aliran Mu’tazilah berbeza anggapan tentang hal ini, sebahagian beranggapan bahwa, Allah SWT itu berada di setiap tempat, yang berarti Dia mengatur sesuatu di setiap tempat, sehingga aturan-Nya pun berada di setiap tempat, dan anggapan ini dikemukakan sebahagian besar pengikut aliran Mu’tazilah yang dipelopori Abu al-Hudzail, al-Ja’farah, al-Iskafi dan Muhammad ibn Abdul Wahab al-Juba’i. Sementara sebahagian lainnya beranggapan bahwa, Allah SWT itu tidak berada di setiap tempat, tetapi hanya bertempat dalam diri-Nya sendiri, dan anggapan ini dikemukakan Hisyam al-Fuwathi, Abu Zufar, Abbad ibn Sulaiman dan para pengikut aliran Mu’tazilah lainnya.
Adapun tentang firman Allah SWT : “Allah yang Maha Pemurah itu istawa’ atas ‘Arsy
(QS. Thaha : 5 )
Para pengikut aliran Mu’tazilah menafsirkan kata “Istawa” ini dengan “Istaula” yang artinya berkuasa.
(Rujuk : Maqalaat Al-Islamiyyin wa Ikhtilaaf Al-Mushallin karya Al-Imam Abu Hasan Ismail Al-Asya’ri– Jld 1, ditahqeeq oleh Prof. Dr. Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid/ Edisi terjemahan : Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam –Jld 1, hlm. 222)
BAB XIX
DOKTRIN-DOKTRIN AHLI HADITH (AHLI SUNNAH)
Para ahli hadith(ahli sunnah) bersepakat : Iman kepada Allah, para malaikat-Nya, semua kitab-Nya, segenap Rasul-Nya, bahkan tidak menolak apa pun yang didatangkan Allah SWT dan diriwayatkan Rasul-Nya. Allah SWT itu Tuhan Yang Maha Esa, Yang Tiada Tuhan selain Dia, Dia tidaklah perlu berteman, tidak beranak ataupun diperanakkan.
Adapun Nabi Muhammad SAW itu hamba dan utusan Allah SWT, dan syurga ataupun neraka itu benar adanya, di mana hari kiamat pun nescaya datang tanpa diragukan lagi, bahkan Allah SWT akan membangkitkan manusia-manusia dari lubang kuburnya. Allah SWT pun istawa di atas ’Arasy-Nya sebagimana dinyatakan dalam firman-Nya :
”Tuhan Yang Maha Pemurah istawa atas ’Arsy”(Thaha : 05)
Kemudian disebutkan dan ditetapkan sifat-sifat khabariah yang lain sebagaimana datangnya tanpa mempersoalkan bagaimananya.
Akhirnya bab ini ditutup dengan perkataan beliau : ”Begitulah, semua ini merupakan doktrin-doktrin ahli sunnah(ahli hadith) yang juga sepadan dengan ajaranku, sehingga aku pun dituntut untuk menetapkannya dan menyampaikannya. Sungguh kepada Allah SWT saja aku memohon taufiq dan pertolongan-Nya, bahkan kepada-Nya pula aku bertawakkal dan berserah diri. Hasbunallahu wa ni’mal wakiil.”
(Rujuk kitab yang sama hlm. 363 – 372)
DOKTRIN-DOKTRIN AHLI HADITH (AHLI SUNNAH)
Para ahli hadith(ahli sunnah) bersepakat : Iman kepada Allah, para malaikat-Nya, semua kitab-Nya, segenap Rasul-Nya, bahkan tidak menolak apa pun yang didatangkan Allah SWT dan diriwayatkan Rasul-Nya. Allah SWT itu Tuhan Yang Maha Esa, Yang Tiada Tuhan selain Dia, Dia tidaklah perlu berteman, tidak beranak ataupun diperanakkan.
Adapun Nabi Muhammad SAW itu hamba dan utusan Allah SWT, dan syurga ataupun neraka itu benar adanya, di mana hari kiamat pun nescaya datang tanpa diragukan lagi, bahkan Allah SWT akan membangkitkan manusia-manusia dari lubang kuburnya. Allah SWT pun istawa di atas ’Arasy-Nya sebagimana dinyatakan dalam firman-Nya :
”Tuhan Yang Maha Pemurah istawa atas ’Arsy”(Thaha : 05)
Kemudian disebutkan dan ditetapkan sifat-sifat khabariah yang lain sebagaimana datangnya tanpa mempersoalkan bagaimananya.
Akhirnya bab ini ditutup dengan perkataan beliau : ”Begitulah, semua ini merupakan doktrin-doktrin ahli sunnah(ahli hadith) yang juga sepadan dengan ajaranku, sehingga aku pun dituntut untuk menetapkannya dan menyampaikannya. Sungguh kepada Allah SWT saja aku memohon taufiq dan pertolongan-Nya, bahkan kepada-Nya pula aku bertawakkal dan berserah diri. Hasbunallahu wa ni’mal wakiil.”
(Rujuk kitab yang sama hlm. 363 – 372)
Justeru bagaimana dengan 'aqidah kita? Ramai orang mendakwa bahawa dia ber'aqidah dengan 'aqidah firqah an-Najiyah yakni 'aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, walhal sangat disayangkan hakikat sebenarnya 'aqidahnya ialah 'aqidahnya kelompok sesat Mu'tazilah!
No comments:
Post a Comment