Wednesday, April 1, 2009

Syarh Tsalatsatul Ushul

Kitab 'aqidah yang paling agung tentulah Kitabullah..Alangkah baiknya kiranya motto " Tidaklah berlalu suatu hari kecuali Kitab Allah dibaca padanya" berjaya diterapkan di dalam diri setiap individu muslim...

Tadabbur Al-Qur'an walaupun dari pintu mana saja datangnya akhirnya akan sampai kepada satu kesimpulan mutlak..."Sembahlah Allah saja...."


Kemudian kitab-kitab aqidah ditulis sebagai huraian dan hamparan perbahasan..Barangkali kitab paling awal yang sesuai sebagai permulaan selepas mulazamah dengan Kitabullah ialah Syarh Tsalatsatul Ushul li Ibnu Utsaimin. Di dalamnya dibahas berkenaan 3 soalan penting. Siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu?
Kitab ini membahaskan 3 persoalan ushul yang paling penting yang wajib diketahui oleh setiap muslim dengan kefahaman yang benar. Tiga Ushul inilah yang merupakan 3 soalan awal yang ditanya di alam barzakh sebagaimana hadith yang panjang dari riwayat Al-Barra' bin Azib. Al-Imam Al-Albani (rhm)memaparkan hadith ini dalam bentuk yang sangat lengkap dalam kitabnya yang penuh manfaat : Ahkam al-Janaiz wa Bida'uha.(Hadith ini telah dipaparkan dengan lengkap pada artikel berjudul : 3 Soalan- Bahagia atau Sengsara). Kejayaan atau kegagalan berdepan hal ini akan menentukan pintu manakah yang bakal dibuka....Syurga atau Neraka? Pengakuan, keredhaan dan kepasrahan ke atas 3 ushul inilah juga menjadi zikir yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan petang....


Jelas sekali kitab ini perlu dipilih sebagai kitab pertama yang perlu ditela'ah.Barangkali kerana kepentingan memahami 3 ushul ini secara mendalamlah menjadi sebab Al-Imam Al-Nasa'i meletakkan zikir yang menyebut 3 perkara ini (Aku redha Allah swt Rabb-ku, Islam agama-ku dan Nabi Muhammad SAW Nabi-ku) sebagai zikir-zikir yang awal di dalam kitab beliau Amal al-Yaum wa al-Lailah. Zikir ini perlu dibaca pagi dan petang.....


Edisi terbitan Al-Qowam merupakan antara edisi terjemahan yang baik.

"Buku Syarh Tsalatsatul Ushul ini merupakan buku induk yang wajib diketahui oleh setiap peribadi muslim, agar ia memiliki pemahaman yang sahih tentang dasar-dasar pokok agamanya.

Setiap muslim wajib mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, lalu mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya, serta bersabar terhadap pelbagai gangguan yang muncul di dalamnya. Ilmu tentang Allah, Rasul dan Dinul Islam adalah ilmu-ilmu pokok. Itulah yang akan ditanyakan oleh Malaikat kubur kepada setiap manusia, saat kelak ia memasuki alam kubur. Kerana pentingnya ketiga ilmu ini, maka ia dikenal dengan sebutan Al-Ushul at-Tsalatsah atau Tsalatsatul Ushul yang ertinya "Tiga(ilmu) Pokok"

Buku ini berisi matan dan terjemahan kitab Tsalatsatul Ushul karya Syeikhul Islam Muhammad bin "Abdul Wahhab (rhm). Juga dilengkapi syarah kitab tersebut yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin(rhm). Insya-Allah, di dalam buku ini anda akan mendapatkan ulasan memadai yang akan membantu anda untuk memahami ketiga ilmu tersebut."
(Penerbit Al-Qowam – sebagaimana tertulis di belakang terjemahan kitab Syarah Tsalatsatul Ushul)



Edisi yang disyarah oleh tiga ulama dalam satu buku [Syeikh Abd al Aziz bin Abdullah bin Baz - Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin - Syeikh Shalih Alu Syeikh]

Monday, February 16, 2009

3 Soalan : Bahagia atau Sengsara?

Perkuburan Al-Baqi' - Madinah Al-Munawwarah

Dari Al-Barra’ bin ‘Azib katanya:

“Kami pernah pergi bersama Nabi SAW mengiringi jenazah salah seorang dari kaum Anshar. Lalu kami sampai di kuburan. Dan setelah jenazahnya dimasukkan ke liang lahad, Rasulullah SAW duduk (dengan menghadap kiblat) dan kami pun ikut duduk di sekeliling baginda. Seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Sedang di tangan baginda terdapat tongkat yang baginda hentakkan ke tanah.(Kemudian baginda melihat ke langit dan juga ke bumi. Baginda juga mengangkat dan menurunkan pandangannya sebanyak tiga kali). Selanjutnya baginda bersabda : “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur” sebanyak dua atau tiga kali.(Kemudian baginda berdoa : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur)”(tiga kali). Dan setelah itu, baginda bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang beriman jika akan terputus dari kehidupan dunia menuju ke alam akhirat maka akan turun kepadanya para Malaikat dari langit yang berwajah putih, seolah-olah wajah mereka itu matahari, dengan membawa salah satu dari kafan Syurga dan salah satu wewangian Syurga, sehingga mereka duduk dengan jarak sejauh pandangan. Selanjutnya, Malaikat Maut mendatanginya sehingga duduk di dekat kepalanya seraya berkata: “Wahai jiwa yang baik (di dalam sebuah riwayat disebutkan : Jiwa yang tenang), keluarlah menuju kepada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya”.
Baginda mengatakan : Maka keluarlah jiwa itu menetes seperti tetesan dari mulut bejana, lalu dia mengambilnya. (Dan dalam sebuah riwayat disebutkan : Sehingga apabila ruhnya keluar, maka setiap Malaikat di antara langit dan bumi memohonkan rahmat untuknya, juga setiap Malaikat yang ada di langit. Lalu dibukakan baginya pintu-pintu langit. Tidak satu pun penghuni pintu itu melainkan mereka berdoa kepada Allah agar ruhnya dinaikkan melalui mereka). Dan jika mereka sudah mengambilnya, maka mereka tidak akan membiarkannya di tangannya sekejap mata pun sehingga mereka mengambilnya dan segera membungkusnya di dalam kafan tersebut dan juga dalam baluran wewangian tadi.(Dan demikianlah firman Allah Ta’ala: “Ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami, dan Malaikat-Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.”(Al-An’am : 61).

Dan darinya keluar aroma yang sangat wangi, lebih wangi dari minyak kasturi yang terdapat di muka bumi.”Kemudian ruhnya itu dibawa naik. Di mana mereka tidak berjalan melewati –yakni, sekumpulan Malaikat melainkan mereka mengatakan: “Ruh siapa yang wangi ini?” Mereka menjawab : ‘Fulan bin Fulan’- dengan sebutan nama yang paling baik yang dengannya dulu di dunia mereka dipanggil. Hingga akhirnya mereka sampai di langit dunia. Selanjutnya, para Malaikat itu minta dibukakan pintu untuknya. Lalu dibukakan pintu bagi mereka. Maka di setiap langit, dia diiringi oleh para Malaikat yang didekatkan, sampai ke langit berikutnya, hingga akhirnya sampai di langit ke tujuh. Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman: “Tuliskan kitab catatan hamba-Ku di ‘Illiyyiin. “Tahukah kamu apakah ‘Illiyyiin itu?(Iaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh Malaikat-Malaikat yang didekatkan(kepada Allah).”. Maka dituliskan kitabnya di ‘Illiyyiin. Kemudian dikatakan : “Kembalikanlah ia ke bumi, kerana sesungguhnya (Aku telah menjanjikan kepada mereka bahawa darinya Aku telah menciptakan mereka dan kepadanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya Aku akan keluarkan mereka pada kesempatan yang lain.”

Dikatakan lebih lanjut: “Maka (dikembalikan lagi ke bumi, dan ) ruhnya pun dikembalikan ke jasadnya. (Baginda mengatakan: “Sesungguhnya dia mendengar suara sandal sahabat-sahabatnya jika mereka pulang meninggalkan dirinya”). Kemudian dia didatangi oleh dua Malaikat (yang kasar lagi keras), (lalu keduanya menggertaknya dan) mendudukkannya seraya berkata kepadanya: “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab : “Rabb-ku adalah Allah”. “Apa agamamu?”.Tanya kedua Malaikat itu. Dia menjawab: “Islam agamaku”. Keduanya pun bertanya: “Siapakah orang ini yang telah diutus ke tengah-tengah kalian?”. Dia menjawab: “Dia adalah Rasulullah SAW”. Lebih lanjut, keduanya bertanya: “Lalu apa amalmu?”.Dia menjawab: “Aku telah membaca Kitab Allah, aku juga beriman kepada-Nya serta membenarkan-Nya”. Maka Malaikat itu menggertak seraya bertanya: “Siapa Rabb-mu, apa agama-mu, dan siapa Nabi-mu?”Yang demikian itu merupakan ujian terakhir yang diberikan kepada orang mukmin. Dan itu berlangsung ketika Allah Azza wa Jalla berfirman: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia”(Ibrahim : 27). Maka dia pun menjawab: “Allah Rabb-ku, Islam agama-ku, Muhammad SAW Nabi-ku”. Kemudian ada penyeru yang berseru di langit: “Hamba-Ku benar, hamparkan permadani dari Syurga untuknya, pakaikanlah pakaian dari Syurga kepadanya, serta bukakanlah pintu untuknya menuju ke Syurga.”

Lebih lanjut, perawi menceritakan : “Kemudian dia didatangi wewangian dari Syurga dan dilapangkan pula kuburan untuknya sejauh jarak pandang matanya.”. Dia juga menceritakan : “Dan dia didatangi (dalam sebuah riwayat disebutkan : Yang diserupakan dalam bentuk) seorang laki-laki yang berpakaian bagus dan mempunyai bau yang sangat wangi. Lalu orang itu berkata : “Sampaikan berita gembira akan datangnya apa yang membuatmu bahagia. (Terimalah khabar gembira berupa keredhaan dari Allah dan Syurga-Syurga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang abadi). Inilah harimu yang dulu pernah dijanjikan kepadamu”. Selanjutnya dia berkata kepada orang itu : “ Dan mudah-mudahan engkau diberikan khabar gembira dalam bentuk kebaikan. Siapakah engkau ini? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan”. Maka orang itu berkata : “Aku ini adalah amal salihmu.(Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan engkau dengan cepat berusaha berbuat taat kepada Allah)”.Kemudian dikatakan : “Inilah kedudukanmu, jika engkau mendurhakai Allah. Kemudian dengannya Allah menggantinya dengan yang ini.” Dan ketika dia melihat apa yang terdapat di dalam Syurga, maka dia pun berkata : “Wahai Rabb-ku, segerakanlah hari Kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”(Lalu dikatakan kepadanya: “Tetaplah di tempat”)


Lebih lanjut, Rasulullah SAW bersabda : “Dan sesungguhnya seorang hamba kafir (dalam sebuah riwayat disebutkan : Orang yang berbuat keji) jika akan berpisah dari kehidupan dunia menuju ke alam akhirat, maka akan turun malaikat-malaikat yang (ksar lagi seram) dengan wajah yang berwarna hitam dengan membawa kain bulu yang kasar (terbuat dari api) dari langit. Lalu mereka duduk di dekatnya dalam jarak sejauh pandangan mata. Kemudian Malakul Maut mendatanginya sehingga duduk di dekat kepalanya. Selanjutnya Malaikat itu berkata : “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah”. Rasulullah saw bersabda : “Maka ruh yang ada di dalam jasadnya itu berpisah dan dicabut seperti dicabutnya tusukan daging (yang banyak geriginya) dari bulu-bulu yang basah. (Bersamaan dengan itu, maka terputus pula urat dan saraf-sarafnya). (Sehingga setiap malaikat yang ada di antara langit dan bumi melaknatnya, juga setiap malaikat yang ada di langit dan ditutup semua pintu langit. Dan tidak ada satu penghuni pintu melainkan mereka berdoa kepada Allah swt agar ruhnya tidak dinaikkan melalui mereka.) Lalu Malakul Maut mengambilnya dan jika sudah mengambilnya, maka mereka tidak akan membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sehingga mereka menempatkannya di dalam kain kasar tersebut. Lalu darinya keluar bau yang sangat busuk, lebih busuk dari bau bangkai yang terdapat di muka bumi ini.Kemudian mereka membawanya naik dan mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu bertanya : “Ruh siapa yang sangat buruk ini?”. Mereka pun menjawab : “Fulan bin Fulan – dengan sebutan nama yang paling buruk yang pernah diberikan di dunia ini. Hingga akhirnya sampai di langit dunia, lalu meminta agar dibukakan pintu untuknya, maka tidak akan dibukakan pintu untuknya.” Kemudian Rasulullah saw membaca : “Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk Syurga, hingga unta masuk ke lubang jarum”.(Al-A’raaf: 40). Kemudian Allah swt berfirman : “Tuliskanlah kitabnya berada di Sijjin di lapisan tanah paling bawah. (Kemudian dikatakan : Kembalikan hamba-Ku itu ke bumi, kerana sesungguhnya Aku menjanjikan kepada mereka bahawa Aku telah menciptakan mereka darinya (tanah), kepadanya Aku akan kembalikan, dan darinya pula Aku akan keluarkan mereka pada kesempatan yang lain.”

Kemudian ruhnya dilemparkan (dari langit) sekali lemparan (sehingga mengenai jasadnya). Setelah itu, baginda membaca ayat : “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah swt, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”(Al-Hajj : 31).

Selanjutnya, ruhnya dikembalikan lagi ke jasadnya. (Beliau mengatakan : “Sesungguhnya dia mendengar suara sandal sahabat-sahabatnya jika mereka pulang meninggalkan dirinya.”). Kemudian dia didatangi oleh dua Malaikat (yang kasar lagi keras), (lalu keduanya menggertaknya dan ) mendudukkannya seraya berkata kepadanya: “Siapa Rabb-mu?” (Dia menjawab : ‘”E…..e…tidak tahu.” Kedua malaikat itu bertanya lagi : “Apa agama-mu?”. Dia menjawab : “E…e…tidak tahu”.) “Lalu bagaimana menurutmu, siapakah orang yang telah diutus kepada kalian?”, tanya keduanya. Dan dikatakan : “Muhammad”.Lalu dia menjawab : “E…..e…tidak tahu. (Aku mendengar orang-orang mengatakan demikian.”Baginda bercerita, lalu dikatakan. “Kamu tidak tahu dan tidak juga mahu membaca”). Selanjutnya ada penyeru yang berseru dari langit : “Dia itu bohong. Oleh kerana itu, hamparkanlah untuknya alas dari Neraka, bukakan juga untuknya pintu menuju Neraka. Maka dia pun didatangi panas dan racunnya. Dan disempitkan pula baginya kuburannya sehingga semua tulang-tulangnya remuk. Setelah itu, dia didatangi ( dalam sebuah riwayat : diserupakan untuknya) seseorang yang berwajah sangat buruk, berpakaian jelek, lagi berbau busuk. Lalu orang itu berkata : “Terimalah berita yang akan membuatmu sengsara. Inilah hari yang dulu pernah dijanjikan kepadamu.” Maka dia menjawab : (“Dan kamu sendiri, semoga Allah memberimu berita keburukan,) siapa kamu ini? Wajahmu seperti wajah yang dating dengan membawa keburukan.” Dia menjawab : “Aku adalah amal perbuatan burukmu. (Demi Allah, aku tidak mengetahuimu melainkan engkau benar-benar sangat lamban untuk mentaati Allah dan justeru sangat cepat untuk mendurhakai-Nya).( Semoga Allah membalas keburukan kepadamu”.

Kemudian ditetapkan baginya kebutaan, ketulian dan kebisuan, sedangkan di tangannya terdapat batang besi yang jika dipukulkan ke gunung nescaya gunung itu akan menjadi debu. Kemudian Malaikat memukulnya sekali pukulan sehingga dia benar-benar menjadi debu. Lalu Allah mengembalikannya seperti semula. Lalu dia dipukul sekali pukulan sehingga dia berteriak keras yang didengar oleh segala sesuatu kecuali jin dan manusia. Selanjutnya, dibukakan baginya pintu dari Neraka serta dihamparkan pula untuknya lantai dari Neraka.)” Maka dia berkata : “Wahai Rabb-ku, janganlah Engkau adakan Kiamat.”



[H/R Ahmad, Abu Daud, Al-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim, at-Thayalisi dan lain-lain. Takhrij terperinci sila rujuk Ahkam al-Janaiz wa Bida’uha li Al-Albani pada bab : Pemakaman Dan Hal-Hal Yang Berkenaan Dengannya]