Tuesday, December 28, 2010

Syarh Ushul I'tiqaad Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah li Al-Lalaka'i

 
Abu al-Qasim Al-Lalaka'i Ash-Shafi'i (wafat 418 H.) mengatakan: “Apa yang telah diriwayatkan mengenai firman Allah Ta'ala: {“(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas 'Arsy”} [Surah Thaha : 5] dan bahwa Allah berada di atas Arasy di atas Langit.

Dan Dia Azza wa Jalla mengatakan: {“… kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya”} [Surah Fathir :10]

Dan Dia berfirman: {“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahawa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu,…} [Surah Al-Mulk :16]

Dan Dia berfirman: {“Dan Dia-lah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. ...”} [Surah Al-An'aam :18].

Dengan demikian ayat ayat ini menjadi hujjah bahwa Allah berada di atas Arasy, dan Ilmu-NYA berada di mana mana, di bumi-NYA dan di langit-NYA. Dan keyakinan ini diriwayatkan dari para Sahabat: Dari Umar, Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, dan Ummu Salamah radiyallahu 'anhum.

Dan dari Tabi'in: Rabi'ah bin Abi Abdur-Rahman, Sulaiman At-Taimi, dan Muqatil bin Hayyan. Dan ini juga merupakan perkataan Fuqaha : Malik bin Anas, Sufyan Ath-Thauri, dan Ahmad bin Hanbal.”

[ruj: Syarh Ushul I'tiqaad Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah li Al-Imam Abu al-Qasim Al-Lalaka'i, juz 3, hlm 430, cet. ke-8, Daar Thayyibah - edisi tahqiq Dr Ahmad Sa'ad Hamdan]

Sunday, December 12, 2010

Hijrah Menuju Kitab Allah [ AL-QUR'AN]

HIJRAH ertinya meninggalkan. Hijrah kepada sesuatu ertinya berpindah dari sesuatu yang lama kepada sesuatu yang baru. Dalam tinjauan syari’at, hijrah adalah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT [ ruj : Fathul Baari Syarh Sahih al-Bukhari].

 Justeru marilah kita berhijrah untuk menjadi Muslim yang lebih baik dari sebelumnya. Atau dalam ertikata yang lain berusaha mewajahi diri sebagai Muslim yang sesungguhnya dalam rupanya yang asal, yang segar sebagaimana dijelaskan Nabi SAW, dididik pada jalan Nubuwwahnya yang mulia.

Dan sebaik-baik permulaan penghijrahan adalah perdampingannya dengan Kitabullah dalam skala yang lebih besar. Kemudian di tikar solat.


Firman Allah SWT : “ Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu iaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat..” ( Al-Ankabut : 45)

Firman Allah SWT lagi : “ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari Kurnia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (Fathir : 29-30)

Dan Rasulullah SAW bersabda :”Bacalah Al-Qur’an, kerana ia datang pada hari Kiamat , menjadi pemberi syafaat bagi pembacanya” (H/R Muslim)

Dan sabda Rasulullah SAW lagi : “Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (H/R Bukhari)

Juga sabda Baginda SAW  : ”Perumpamaan orang-orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah Utrujjah baunya wangi dan rasanya enak, dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis, dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti Raihanah baunya wangi dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Handzolah, ia tidak ada baunya dan rasanya pahit” (Muttafaq ’alaihi)


Dalam hadith yang lain baginda bersabda : ”Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia pandai membacanya, ia bersama para Malaikat yang mulia, dan yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan ia kesulitan membacanya, ia mendapat dua pahala” (Muttafaq ’alaihi)

[Syeikh Ibnu 'Utsaimin(rhm) dalam bukunya Majaalis Syahri Ramadhan menjelaskan dua pahala yang dimaksud hadith tersebut ialah satu pahala untuk membaca al-Qur'an dan satu pahala lagi untuk kesulitan yang dialami ketika membacanya.]

Justeru, apakah setelah ini ada alasan bagi seorang Muslim sejati untuk bermalas-malasan membaca Al-Qur’an dan menghayati makna-maknanya?

 Kata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah(rhm) dalam bukunya Miftah Dar as-Sa'adah :

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi hati melebihi Al-Qur'an apabila dibaca dengan bertadabbur dan tafakkur. Membaca dengan bertadabbur dan tafakkur adalah puncak kedudukan orang yang berusaha, beramal dan yang mengetahui. Dengan cara itu akan melahirkan kecintaan, kerinduan, takut, harapan, taubat, tawakal, redha, syukur, sabar dan sifat-sifat lain yang dapat menghidupkan matinya hati. Membaca dengan tadabbur dan tafakkur juga dapat menjauhkan seseorang dari semua sifat dan perbuatan tercela yang merusak hati.

Seandainya manusia tahu faedah membaca Al-Qur'an dengan bertadabbur, tentu mereka memanfaatkannya dan mengesampingkan yang lainnya......"

Dan bagaimana kita ini wahai kawan? Sudahkah kita mendalami Kitabullah? Marilah kita menjadikan motto kehidupan kita ialah : "MEMBACA AL-QUR'AN SETIAP HARI".

Marilah saudara-saudara yang mulia, kita tinggalkan perdebatan yang merugikan, menuju tadabbur kalam Tuhan.

Padanya ada pedoman, petunjuk kepada jalan keselamatan. Ada cahaya, bahkan cahaya, penyembuh penyakit di dalam dada.

Firman Allah SWT :

“Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Shad : 29)

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” ( an-Nahl : 89)

“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”   ( Yunus : 57)


Thursday, June 17, 2010

10 Kitab Aqidah - 3 Fasa Pembacaan

Bismillahirrahmanirrahim...

Sekadar perkongsian pandangan dan cadangan...

Ini adalah cadangan tela'ah yang pernah saya buat untuk diri sendiri bagi kitab-kitab 'aqidah (yang melalui 3 fasa pembacaan...)

Fasa 1

1) Syarh Tsalatsatul Ushul @ at-Tanbiihaat al-Mukhtasharah
2) Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid





Syarh Tsalatsatul Ushul adalah karya Al-'Allamah Syeikh Ibnu Utsaimin(rhm) manakala kitab at-Tanbiihaat al-Mukhtasharah adalah karya Syeikh Ibrahim bin as-Syeikh Shalih bin Ahmad al-Khuraishi [diterjemah atas judul : Hal-hal yang wajib diketahui setiap Muslim]. Kedua-dua kitab ini[ dan perbahasan dalam at-Tanbiihaat adalah lebih luas] adalah membahas persoalan sekitar tiga ushul yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim yaitu mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala, mengenal agama-Nya (Islam), dan mengenal Nabi-Nya, Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam. Ketiga hal itulah yang akan ditanyakan kepada setiap hamba ketika ia berada di alam kubur.

Jika ditambah dengan kitab di bawah ini maka ianya dianggap usaha yang sangat baik dan mencukupi iaitu kitab :

3) Syarh 'Aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah li Ustaz Yazid Abd al-Qadir Jawas


Fasa 2

1) Syarh 'Aqidah at-Thahawiyah - edisi pilihan adalah edisi yang ditahqiq oleh Syeikh Syua'ib Arnau'th dan Dr Abdullah at-Turki. Juga menjadi pilihan edisi yang ditahqiq oleh Syeikh Al-Albani(rhm) dan edisi Tahzib oleh Syeikh Al-Ghunaimi.

2) Syarh 'Aqidah Wasithiyah li Ibnu Utsaimin(rhm)

Pada fasa ini jika ditambah dengan kitab di bawah ini maka ianya satu usaha yang sangat terpuji iaitu kitab :

3)Ma'arij Al-Qabul 



Fasa 3

1) Kitab at-Tauhid li Ibnu Khuzaimah (rhm)
2) Kitab Khalqu Af'al Ibad li al-Bukhari - Al-Hafiz Al-Mizzi pernah membacakan kitab ini di khalayak pada zamannya sebagaimana dinukil oleh Al-Imam Ibnu Kathir (rhm) di dalam al-Bidayah wa al-Nihayah. Akibat daripadanya maka al-Hafiz Al-Mizzi dipenjara!!

3) Al-'Uluw li Az-Dzahabi(rhm) - Syeikh Al-Albani telah meringkaskan kitab ini (dengan takhrij secara ringkas). Kitab ini termasuk dari kitab-kitab yang sangat kucintai!

Pada fasa ini jika diluaskan tela'ah dengan kitab di bawah ini maka ia satu usaha yang perlu selalu disyukuri, kerana hanya dengan limpah kurnia-Nya kebaikan itu menjadi sempurna! Kitab terakhir yang menutup fasa ini yang sekaligus barangkali terakhir dalam hayat tua-ku, iaitu kitab :

4) Syarh Ushul I'tiqad Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah li al-Imam Al-Lalika'i(rhm)


Dan masih banyak kitab-kitab lain hanya saja manusia itu tidak ada yang kekal usianya...pendeknya masa dan dekatnya kematian...

Wallahu'alam.

Monday, January 18, 2010

Dari Lembaran Tsalatsatul 'Ushul

Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab(rhm) berkata :

“Ketahuilah sesungguhnya wajib bagi kita mempelajari empat masalah.

Pertama : Ilmu – iaitu ma’rifatullah (mengenal Allah), kemudian mengenal Nabi-Nya dan mengenal Dinul Islam berdasarkan dalil-dalil.

Kedua : Mengamalkannya.

Ketiga : Mendakwahkannya.

Keempat : Bersabar terhadap gangguan di dalamnya.

Dalilnya adalah firman Allah Taa’la :

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal salih serta nasihat-menasihati untuk menegakkan kebenaran dan nasihat-menasihati untuk menetapi kesabaran”
(Al-‘Ashr :1-3)

Kata Al-Imam Asy-Syafi’i(rhm) : “Seandainya Allah tidak menurunkan hujah bagi manusia selain surah ini, nescaya telah cukup bagi mereka”

Al-Imam Al-Bukhari membuat satu bab dalam kitab Sahihnya dengan judul : “Bab : Al-‘Ilmu Qabla Al-Qauli wa Al-‘Amali – Bab ‘Ilmu Sebelum Ucapan dan Perbuatan”

Firman Allah Taa’la : “Ketahuilah bahawa sesungguhnya tidak ada Ilah selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu” (Muhammad : 19)

Kata Al-Imam Al-Bukhari(rhm) : “Di sini Allah memerintahkan berilmu terlebih dahulu sebelum beramal”

Ketahuilah setiap muslim dan muslimah wajib mempelajari dan mengamalkan tiga masalah ini.

Pertama : Bahawa Allah telah menciptakan dan memberi rezeki kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja, sia-sia, tetapi mengutus kepada kita seorang Rasul. Barangsiapa menaati Rasul tersebut pasti masuk Syurga, dan barangsiapa mendurhaka kepadanya nescaya masuk Neraka. Dalilnya adalah firman Allah Taa’la :

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat” (Al-Muzammil : 15-16)

[Kata Syeikh Ibnu Utsaimin(rhm) : “Allah pasti mengutus para Rasul kepada manusia agar tegak hujah di hadapan mereka dan agar manusia beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan apa yang dicintai dan diredhai-Nya”. Kata beliau(rhm) lagi : “Tidak mungkin kita dapat beribadah kepada Allah dengan melaksanakan apa-apa yang diredhai-Nya kecuali melalui pengabaran dari para Rasul a.s, kerana mereka sahajalah yang dapat menjelaskan kepada kita, apa yang dicintai dan diredhai oleh Allah serta apa yang dapat mendekatkan kita kepada-Nya…..”]

Kedua : Bahawa Allah tidak redha jika ada seseorang dipersekutukan dengan-Nya dalam ibadah kepada-Nya, baik ia seorang Malaikat terdekat mahupun Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman Allah :

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Maka jangan menyembah seorang pun di dalamnya di samping Allah” (Al-Jinn : 18)

Ketiga : Bahawa barangsiapa yang menaati Rasul dan mengesakan Allah, tidak boleh memberikan wala’ kepada sesiapun yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya sekalipun mereka itu keluarga terdekat. Dalilnya adalah firman Allah Taa’la :

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung” (Al-Mujadilah : 22)

Ketahuilah –( semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya) – bahawa hanifiyyah, millah Ibrahim itu adalah hendaklah dirimu beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya untuk-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia dan untuk itu mereka diciptakan sebagaimana firman Allah :

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Az-Dzariyat : 56).

Makna beribadah kepada-Ku di sini ialah mentauhidkan-Ku.

Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid - iaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Sedangkan larangan-Nya yang paling besar adalah syirik – iaitu beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya. Dalilnya firman Allah Taa’la :

“Dan hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu pun…(An-Nisa’ : 36)”

[Kata Syeikh Ibnu Utsaimin(rhm) : Hendaklah kalian beribadah hanya kepada Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu pun, tidak dengan seorang Nabi yang diutus, seorang Malaikat yang terdekat, seorang pemimpin, raja atau siapa saja di antara manusia. Kalian hanya beribadah kepada-Nya, diiringi rasa cinta(mahabbah), pengagungan(ta’zhim), harap(rughbah) dan takut/cemas(ruhbah).”]

[Nota : Tulisan hijau adalah tambahan dari syarah Al 'Allamah Syeikh Ibnu Utsaimin(rhm).Untuk huraian terperinci penjelasan Syeikh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin ke atas matan di atas sila rujuk – Syarh Tsalatsatul Ushul]

Al-'Allamah Syeikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin(rhm)